Meski tidak membahayakan manusia, namun angin gending yang terjadi saat kemarau dapat merusak tanaman.
GAYUNGAN, AYOSURABAYA.COM -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan keterangan perihal fenomena Angin Geurutee. Dampaknya dianggap bisa merusak tanaman, bahkan memicu kekeringan di sejumlah kawasan di Indonesia.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Surabaya Teguh Tri Susanto mengatakan, fenomena angin geurutee terjadi di wilayah Pegunungan Geurutee yang letaknya berada pada perbatasan Aceh Besar dan Aceh Jaya.
Menurutnya, fenomena serupa mirip dengan sejumlah angin di Jatim, salah satunya Angin Gending di daerah Probolinggo.
"(Fenomena Angin Geurutee) berdasarkan nama Gunung Geurutee di Aceh Jaya, mirip dengan Angin Gending yang melewati Bukit Gending (Probolinggo) terlebih dulu," kata teguh, Kamis (29/7/2021).
Serupa dengan fenomena Gending dan Geurutee, hal serupa juga terjadi di sejumlah kawasan di Indonesia. Namun, istilahnya beragam, mulai dari angin Wabraw di Biak, angin Bahorok di Sumatera Utara, angin Barudu di Sulawesi, angin Kumbang di Cirebon, sampai angin Brubu di Makassar.
"Angin Geurute merupakan fenomena angin fohn yang terjadi di wilayah Aceh. Sedangkan, untuk di wilayah Jawa Timur fenomena yang terjadi dinamakan Angin Gending, yaitu merupakan Angin kencang tipe fohn," ujarnya.
Lantas, apa dampak dari fenomena tersebut?
"(Fenomena Geurutee) berhembus pada musim kemarau dan sifatnya panas serta kering, dapat merusak tanaman terdapat di daerah Probolinggo dan sekitarnya," tuturnya.
Kendati tak membahayakan bagi umat manusia, dia meminta masyarakat untuk waspada. Pun dengan beragam fenomena alam serupa di Jatim, seperti angin kencang, gelombang tinggi, hingga cuaca ekstrem lainnya.